MENGHIDUPKAN BAHASA DAERAH
Bahasa daerah merupakan suatu bahasa yang dituturkan di suatu wilayah
dalam sebuah negara kebangsaan, baik daerah kecil, negara bagian federal atau
provinsi, atau daerah yang luas. Bahasa daerah sudah ada sejak zaman dahulu.
Jumlahnya sampai beratus-ratus dan tersebar diseluruh kepulauan sesuai dengan
daerahnya masing-masing. Bahasa daerah terkait dengan latar belakang etnis,
suku, budaya, yang begitu kaya di Indonesia. Bahasa daerah merupakan cerminan
identitas bangsa Indonesia yang kaya akan budaya dan bahasa.
Masalah yang terjadi pada saat ini adalah bahasa daerah yang kian lama,
kian ditinggalkan dalam komunikasi, dicampakan karena cenderung dianggap kuno,
terbelakang, “kampungan”. Itulah fenomena nyata yang terjadi di kalangan
masyarakat modern saat ini. Masyarakat yang katanya maju dan beradab itu lebih
bangga melisankan bahasa Indonesia yang dicampur bahasa asing dalam keseharian
ketimbang menggunakan bahasa daerah sesuai dengan asalnya masing-masing. Hal
itu membuat tutur bahasa daerah mereka tak lagi tertata dalam budaya yang
sehat.
Ada beberapa faktor yang menyebabkan melemahmahnya penggunaan bahasa
daerah di kalangan masyarakat modern pada saat ini yaitu;
a.
Melemahnya Sosialisasi dalam Keluarga
Orang tua
merupakan kunci utama dalam mengenalkan anak terhadap etnis, budaya, serta
bahasa daerahnya. Namun kebanyakan orang tua saat ini tidak lagi menggunakan
bahasa daerah sebagai bahasa primer ketika berkomunikasi di rumah. Para orang
tua cenderung menggunakan bahasa Indonesia saat berbincang bersama anak-anak
mereka. Padahal peran mereka sangat vital untuk mensosialisasikan bahasa daerah
sebagai alat komunikasi sehari-hari. Kurangnya sosialisasi orang tua
mengakibatkan anak tidak lagi menjadikan bahasa daerah sebagai sense of belonging. Bahkan sebagian anak
bangsa tak mengenal sama sekali bahasa daerahnya.
b.
Disorientasi Kurikulum Pendidikan
Kurikulum
pendidikan di sekolah-sekolah mulai dari tingkat dasar sampai perguruan tinggi
lebih memprioritaskan bahasa-bahasa asing dibandingkan bahasa daerah dengan
alasan agar pendidikan di Indonesia bisa berorientasi dalam menunjang bahasa
nasional dan internasional. Hal tersebut makin mendorong terjadinya kepunahan
dalam bahasa daerah.
c.
Kurangnya Kesadaran Generasi Muda
Generasi muda
lebih suka melestarikan bahasa gaul dan bahasa asing ketimbang bahasa daerahnya
sendiri. Tak lagi ada kesadaran bahwa bahasa daerah adalah warisan budaya luhur
yang harus dilestarikan. Hanya sebagian dari mereka yang tetap menggunakan
bahasa daerah dalam berkomunikasi sehari-hari.
Dinamika masyarakat
modern saat ini mematikan perkembangan bahasa daerah, bahkan membunuhnnya
pelan-pelan. Selain ketiga faktor terebut, globalisasi dan modernisasi yang
melanda Indonesia juga meyebabkan kemajuan dalam bidang komunikasi. Masyarakat
dapat berkomunikasi tanpa bertemu langsung. Globalisasi telah menyemai
benih-benih budaya barat ke berbagai belahan dunia sehingga terjadi pertautan
antara budaya lokal dan budaya global. Demikian pula bahasa, bahasa asing yang
telah mendominasi kehidupan masyarakat modern telah mengikis kebutuhan
masyarakat akan bahasa daerah.
Untuk itu, kita
sebagai masyarakat pribumi yang mencintai seluruh budaya dan bahasa yang ada di
dalamnya marilah kita hidupkan kembali peran bahasa daerah dan tetap
melestarikannya dalam kehidupan sehari-hari. Sangat disayangkan jika anak cucu
kita kelak tidak mengenal bahasa daerah mereka sendiri bahkan tidak pernah
mendengar orang menggunakannya.