Selasa, 23 Juni 2015

Menghidupkan Bahasa Daerah (Bengkulu)

MENGHIDUPKAN BAHASA DAERAH

Bahasa daerah merupakan suatu bahasa yang dituturkan di suatu wilayah dalam sebuah negara kebangsaan, baik daerah kecil, negara bagian federal atau provinsi, atau daerah yang luas. Bahasa daerah sudah ada sejak zaman dahulu. Jumlahnya sampai beratus-ratus dan tersebar diseluruh kepulauan sesuai dengan daerahnya masing-masing. Bahasa daerah terkait dengan latar belakang etnis, suku, budaya, yang begitu kaya di Indonesia. Bahasa daerah merupakan cerminan identitas bangsa Indonesia yang kaya akan budaya dan bahasa.
Masalah yang terjadi pada saat ini adalah bahasa daerah yang kian lama, kian ditinggalkan dalam komunikasi, dicampakan karena cenderung dianggap kuno, terbelakang, “kampungan”. Itulah fenomena nyata yang terjadi di kalangan masyarakat modern saat ini. Masyarakat yang katanya maju dan beradab itu lebih bangga melisankan bahasa Indonesia yang dicampur bahasa asing dalam keseharian ketimbang menggunakan bahasa daerah sesuai dengan asalnya masing-masing. Hal itu membuat tutur bahasa daerah mereka tak lagi tertata dalam budaya yang sehat.
Ada beberapa faktor yang menyebabkan melemahmahnya penggunaan bahasa daerah di kalangan masyarakat modern pada saat ini yaitu;
a.         Melemahnya Sosialisasi dalam Keluarga
Orang tua merupakan kunci utama dalam mengenalkan anak terhadap etnis, budaya, serta bahasa daerahnya. Namun kebanyakan orang tua saat ini tidak lagi menggunakan bahasa daerah sebagai bahasa primer ketika berkomunikasi di rumah. Para orang tua cenderung menggunakan bahasa Indonesia saat berbincang bersama anak-anak mereka. Padahal peran mereka sangat vital untuk mensosialisasikan bahasa daerah sebagai alat komunikasi sehari-hari. Kurangnya sosialisasi orang tua mengakibatkan anak tidak lagi menjadikan bahasa daerah sebagai sense of belonging. Bahkan sebagian anak bangsa tak mengenal sama sekali bahasa daerahnya.
b.      Disorientasi Kurikulum Pendidikan
Kurikulum pendidikan di sekolah-sekolah mulai dari tingkat dasar sampai perguruan tinggi lebih memprioritaskan bahasa-bahasa asing dibandingkan bahasa daerah dengan alasan agar pendidikan di Indonesia bisa berorientasi dalam menunjang bahasa nasional dan internasional. Hal tersebut makin mendorong terjadinya kepunahan dalam bahasa daerah.
c.       Kurangnya Kesadaran Generasi Muda
Generasi muda lebih suka melestarikan bahasa gaul dan bahasa asing ketimbang bahasa daerahnya sendiri. Tak lagi ada kesadaran bahwa bahasa daerah adalah warisan budaya luhur yang harus dilestarikan. Hanya sebagian dari mereka yang tetap menggunakan bahasa daerah dalam berkomunikasi sehari-hari.

Dinamika masyarakat modern saat ini mematikan perkembangan bahasa daerah, bahkan membunuhnnya pelan-pelan. Selain ketiga faktor terebut, globalisasi dan modernisasi yang melanda Indonesia juga meyebabkan kemajuan dalam bidang komunikasi. Masyarakat dapat berkomunikasi tanpa bertemu langsung. Globalisasi telah menyemai benih-benih budaya barat ke berbagai belahan dunia sehingga terjadi pertautan antara budaya lokal dan budaya global. Demikian pula bahasa, bahasa asing yang telah mendominasi kehidupan masyarakat modern telah mengikis kebutuhan masyarakat akan bahasa daerah.
Untuk itu, kita sebagai masyarakat pribumi yang mencintai seluruh budaya dan bahasa yang ada di dalamnya marilah kita hidupkan kembali peran bahasa daerah dan tetap melestarikannya dalam kehidupan sehari-hari. Sangat disayangkan jika anak cucu kita kelak tidak mengenal bahasa daerah mereka sendiri bahkan tidak pernah mendengar orang menggunakannya.